TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE WEB KAMI

Kisah Abu Nawas


Dimanakah Allah Bersemayam


Sungguh tidak benar bila dikatakan kalau Baginda Harun Al Rasyid itu bukan seorang ahli pikir.
Hal ini terbukti dari cara beliau berkata, mengajukan pertanyaan dan tahu kapan harus bicara atau diam.
Bahkan baginda itu cermat dalam bertindak.

Meskipun Baginda Harun al Rasyid terkenal cerdik, namun beliau tidak segan-segan bertanya apabila memang tidak mengerti.
Suatu contoh saja misalnya ketika Baginda Harun menunaikan ibadah haji.Beliau bertanya dalam hati kenapa orang berputar-putar mengelilingi Ka'bah Baitullah.
Padahal orang yang menunaikan ibadah haji adalah tamu Allah.

Kenapa kalau sebagai tamu Allah tidak dipersilahkan masuk ke dalam Baitullah satu persatu.Pertanyaan ini belum terpecahkan hingga Baginda kembali ke Baghdad Irak.
Untuk kesekian kalinya, Abu Nawas dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda Raja.
Kemudian Baginda bertanya,"Wahai Abu Nawas, apakah arti Ka'bah Baitullah?"
"Ka'bah Rumah Allah, Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas.

"Sebagai apakah orang yang menunaikan ibadah haji itu?" tanya Baginda selanjutnya.
"Sebagai tamu Allah, Tuanku yang mulia," jawab Abu Nawas.

"Kalau mereka sebagai tamu Allah mengapa tidak dipersilahkan masuk saja ke dalam Baitullah?" tanya Baginda lagi.
"Baitullah hanyalah sebagai lambang," kata Abu Nawas.
"Kalau begitu dimanakah Allah bersemayam?" tanya Baginda ingin tahu.
"Di dalam hati orang mukmin," jawab Abu Nawas.

"Karena tidak ada suatu ruang yang bagaimanapun luasnya mampu menampung Dzat Allah kecuali hati orang mukmin.Qalbul Mukmin Baitullah (hati orang mukmin adalah rumah Allah)," jawab Abu Nawas menjelaskan.

"Mengapa Baitullah dijadikan kiblat?" tanya Baginda.
"Untuk memudahkan pemahaman orang awam, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas.

"Baitullah itu terlihat mata.Dari itu shalat syariat kiblatnya adalah Baitullah, yang waktunya ditentukan dan dengan bacaan tertentu pula.
Sedangkan shalat tharikat kiblatnya hati, waktunya bisa setiap saat dan bacaannya dzikir kepada Allah," Abu Nawas menjelaskan.

Baginda Raja Harun pun puas dengan jawaban Abu Nawas ini.




Kisah Abu Nawas kali ini akan memberikan kisah tentang ahli kubur, dimana alam kuburnya berubah menjadi istana karena dia telah menyantuni anak Yatim.

Kisahnya...
Haidar bin Ali bermimpi bertemu dengan Tufail, sahabat Haidar yang telah meninggal dunia.
Ia bermimpi bahwa Tufail telah mendapatkan istana.
Menurutistrinya, semasa hidup, suaminya isyikamah memeliharaanak yatim dan bersedekah.

Pada zaman Islam yang dipimpin oleh HarunAL Rasyid, ada seorang pendudukkota Basrah, Irak yang bernama Tufail bin Amir.
Dia gemar bersedekah dan memelihara anak yatim piatu.
Dia dikenal juga sebagai orang kaya yang tekun beribadah.

Tufail ini meninggal pada hari ke tiga puluh setelah shalat Ashar.
Haidar bermimpi, ia datang ke suatu tempat yang sangat indah.
Ia berjalan di lorong yang bagaikan istana, namun tak berapa lama kemudian dia terbangun.
Tepat dua hari kemudian, dia bermimpi lagi berjalan di lorong indah itu, dan sampailah dia di tempat sebuah kolam indah serta jernih airnya.

"Subhanallah...tempat apa ini ya...
Tempat ini penuh dengan permata, sinarnya sangat menyilaukan mata," kata Haidar dalam hati.

Melihat tempat seindah itu, Haidar segera memasukinya, dan kemudian ada sosok lelaki yang dikelilingi oleh wanita cantik dengan sayap di belakangnya.
Namun belum sempat dia mendekati laki-laki itu, ia keburu terbangun dari tidurnya.

Anehnya, beberapa hari kemudian, mimpi itu berlanjut dan berulang dia berjalan di lorong indah.
Betapa terkejutnya dia, ketika berbalik, ada laki-laki yang sudah lama dia kenal.
"Masya Allah Tufail.
Ternyata engkau bertambah muda dan tampan," katanya dengan senang.
"Iya, ini aku, karena sejak dulu aku suka dan ikhlas bersedekah dan memelihara anak yatim.
Karena itulah Allah mengganti makam ini menjadi istana dan beberapa bidadari cantik yang tak ternilai," nasehat Tufail kepada Haidar.

Sebelum sempat berbicara panjang lebar pertemuan dua sahabat ini, lagi-lagi Haidar terbangaun.
Dan keesokan harinya dia sudah tidak bermimpi lagi tentang kawannya tersebut.
Tanpa menghiraukan siapapun, Haidar segera berlari menuju rumah Tufail dan bertemulah dia dengan istrinya.

Di dalam rumah Tufail banyak sekali anak-anak kecil, dan Haidar pun menceritakan tentang mimpinya itu kepada istri Tufail yang sudah separuh baya itu.
"Apa amalan Tufail, selain senang bersedekah," tanya Haidar kepada istri Tufail.
"Dia senang sekali memelihara anak-anak yatim piatu, dan rumah ini dia jadikan tempat tinggal untuk orang-orang yang terlantar," cerita istri Tufail.

Haidar semakin mengagumi sosok Tufail ini, karena dia tidak hanya senang bersedekah, namun ia juga terkenal ramah tamah dan gemar memelihara anak yatim.'

Nah...tunggu apalagi sob, mari kita sedekahkan sebagian rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kepada anak Yatim Piatu meski hanya sedkit sesuai keikhlasan, agar kelak di alam kubur, istanalah rumah kita sob.

NB:
Ikhlas dan ikhlas kuncinya, meski hanya sedikit, jika ikhlas hasilnay akan segera kita petik nanti.

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner